Selasa, 22 Mei 2012

Analisis Market Performance Saham-Saham BUMN Menggunakan Sharpe’s Model, Jensen’s Model dan Appraisal Ratio (periode pengamatan pada tahun 2003-2007) 120


Sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997,
wacana privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi
perdebatan menarik. Pada Desember 2007, dari 15 saham BUMN yang
IPO, tercatat 32,82% kapitalisasi pasar dikuasai oleh saham-saham BUMN.
Sebagai cerminan atas respon investor terhadap saham, tingginya
akumulasi kapitalisasi tersebut menyiratkan harapan investor terhadap
return saham BUMN di atas-rata-rata saham secara umum. Namun dalam
sebuah pasar, selalu ada investor yang tidak sepakat dengan konsensus
pasar tersebut dikarenakan market performance saham tidak selalu berjalan
searah dengan tingginya kapitalisasi pasar.
Penelitian ini mencoba menganalisis market performance sahamsaham
BUMN yang terdaftar di BEI pada periode 2003-2007
menggunakan penedekatan kualitatif deskriptif. Pengujian terhadap
market performance dilakukan dengan menggunakan Sharpe’s model, Jensen’s
model dan appraisal ratio.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan menggunakan
sharpe’s model, terdapat delapan saham yang layak beli dan satu lainnya,
yaitu INAF tidak layak beli. Sementara dengan menggunakan Jensen’s
model dan appraisal ratio, dari sembilan saham BUMN yang dijadikan
sampel hanya terdapat lima saham yang kinerjanya baik, nilainya
undervalued, dan berada di atas kinerja pasar. Saham-saham tersebut
adalah TINS, ANTM, PTBA, SMGR dan TLKM. Sementara empat saham
lainnya berkinerja buruk dan mempunyai nilai overvalued, serta kinerjanya
berada di bawah kinerja pasar. Saham-saham tersebut adalah BBNI, INAF,
ISAT dan KAEF. Saham dengan kinerja terbaik menurut Sharpe’s model
adalah ANTM, menurut Jensen’s model adalah TINS, sedangkan menurut
appraisal ratio adalah SMGR. Sementara saham dengan kinerja terburuk
berdasarkan ketiga metode tersebut adalah saham INAF dengan nilai
perhitungan negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar